![]() |
Pesona Jurim di Kaki Tambora |
Pesona 'Jurim' dalam Pelayanan Imunisasi di Kaki Gunung Tambora
Oleh: M. Erdiansyah.,MH.Kes
Dompu Siar - Gunung Tambora merupakan gunung aktif yang terletak pada Pulau Sumbawa. Gunung ini terdapat dua kabupaten, yakni Bima (wilayah Timur dan Utara) dan Dompu (wilayah Barat dan Selatan). Pelayanan Imunisasi merupakan amanat konstitusi yang tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) UU No.17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Amanat ini kemudian dilimpahkan pada tenaga kesehatan, (yang dalam tulisan ini kita menyebutnya) Jurim, sebagai pelaksana di lapangan.
Jurim merupakan singkatan kata dari Juru Imunisasi. Sambil membaca tulisan ini, maka coba kita sekarang menggulung lengan baju kita, di situ kita akan mendapatkan jaringan parut (bekas luka). Itu adalah "ulah" dari Jurim sewaktu kita masih kecil atau berusia 1 bulan atau lebih. Bekas luka itu adalah akibat pemberian Imunisasi BCG (Bacile Calmette Guerin). Sebuah upaya untuk mencegah diri kita dari penyakit Tuberculosis (batuk darah).
Pada tiap fasilitas kesehatan, terdapat dua atau lebih Jurim. Jurim bukanlah Organisasi Profesi Kesehatan. Meski demikian, Jurim sudah ada sejak Tahun 1956. Saat itu, sedang dicanangkan Imunisasi Cacar. Akibat jasa Jurim, pada Tahun 1974, negara kita tercinta ini dinyatakan bebas dari Penyakit Cacar. Hingga kini, mereka masih eksis dalam Upaya Pelayanan Kesehatan. Kita dapat menemukan mereka saat pelaksanaan Posyandu di tiap-tiap desa.
Para Jurim dalam rangka memberikan pelayanan imunisasi sering dihadapkan pada situasi dilematis dan pro kontra. Sebab asasnya adalah "Sakit-sakit dahulu baru senang kemudian". Banyak para orang tua menolak anaknya untuk diimunisasi dengan berbagai faktor dan alasan. Belum lagi, para teknokrat yang menggunakan sudut pandang Modern dan Tradisional. Ada kasus, Sang Istri mau anaknya diimunisasi, tetapi takut dimarahi oleh Sang Suami.
Inilah contoh kecil tantangan atau dinamika yang dialami oleh Jurim, yang penulis sebut sebagai Pesona. Tentu masing-masing tempat punya pesonanya tersendiri. Kali ini kita lukis pesona yang berada di Kaki Gunung Tambora ini.
****
Syafrudin.,AMK, mengungkapkan: "Kalau bicara pelayanan Imunisasi di Kaki Gunung Tambora memang merupakan sebuah tantangan, selain jarak yang jauh juga ada kebiasaan musim tanam dan panen. Banyak orang tua membawa anaknya ke area pertanian/ pegunungan".
Iksan.,AMK, mengungkapkan: "Yang paling asyik itu, kalau kita melakukan Pelayanan di Desa Oi Bura. Memang, jalannya belum diaspal, dan banyak lubang, serta berlumpur pada musim hujan. Namun hasil alamnya luar biasa. Ada jeruk, durian, alpukat, jambu, kopi dan sayuran yang bisa kita bawa pulang".
Fitratul Aulya.,A.Md.Kep, yang baru tiga tahun menjadi Jurim mengemukakan: "Pada awalnya, muncul rasa takut. Terkadang tangan gemetar, apalagi saat Pemberian Imunisasi BCG, sebab tehniknya berbeda dengan tehnik pemberian imunisasi lainnya seperti Campak dan DPT.".
Cici Haryati.,S.Tr.Kep.,Ns, yang baru satu tahun menjadi Jurim mengemukakan: "Ketika pertama kali ditunjuk sebagai Jurim. Pikiran saya langsung berkomentar, bagaimana nanti kalau ada anak yang semakin sakit setelah imunisasi?".
Megawati.,A.Md.Kep, yang baru satu tahun juga menjadi Jurim mengatakan: "Pada awalnya, saya berpikir itu mudah tinggal suntik saja. Tapi kenyataanya tidak sesederhana itu. Sebab banyak yang harus dipersiapkan. Mulai dari jenis imunisasi, usia bayi/ anak, tempat penyimpanan imunisasi hingga pelaporannya".
Juliati.,A.Md.Keb dan Ika Pujiningsih.,A.Md.Keb yang menjadi Jurim sejak adanya Program Vaksinasi Nasional Covid 19. Serta Ika Fitriani.,A.Md Keb yang menjadi Jurim saat adanya Program Nasional yang bernama Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) juga berkomentar hal yang serupa.
Seiring perkembangan waktu dan teknologi kesehatan serta penyebaran penyakit, Jurim dapat melakukan hingga delapan (8) kali suntikkan pada bayi/balita yang sama tiap tahunnya.
Mulai dari Imunisasi HB0 1 Kali, BCG 1 Kali, Pentabio 4 Kali, PCV 3 Kali, IPV 1 Kali, MR 2 Kali. Di satu isi, pemberian ini dilakukan 2 Kali penyuntikkan dalam 1 Bulan (Paha Kiri dan Paha Kanan).
Merupakan suatu hal yang wajar apabila sering ditemukan problematika. Maka tidak berlebihan jika kita menyebut tugas pokok Jurim adalah "Membuat Anak Menangis dan Orang Tua Khawatir".
Takut, cemas dan lelah hingga marah adalah keluhan yang wajar dialami oleh tiap orang yang bekerja di Instansi Pelayan Publik. Namun hal ini dapat dikendalikan dengan tersedianya pesona alam Kaki Gunung Tambora. Mulai dari Kebun Buah dan Kopi di Desa Oi Bura, hingga Air Terjun Oi Marai di Desa Kawinda Toi, Air Terjun Tujuh Bidadari di Desa Oi Panihi, Air Terjun Oi Panihi di Desa Rasabou. Bahkan di Desa Oi Katupa ada perkebunan Minyak Kayu Putih.
Akhir kata, tugas seorang Jurim memang unik dibandingkan dengan tugas layanan kesehatan lainnya. Apalagi akhir-akhir ini Jurim sering diibaratkan "Jantung" layanan dalam Kegiatan Posyandu Keluarga. Sudah semestinya, dibutuhkan dukungan, ketelitian, kehati-hatian dan kreativitas-Inovasi untuk terus meningkatkan produktivitas. Baik dari segi kualitas layanan maupun dari kepuasaan Masyarakat.
*Penulis adalah Mantan Jurim Periode 2012-2024